Rabu, 22 Mei 2013

Titisan Efek Ibra


Mario Balotelli diharapkan menjadi penerus tuah Ibra. (Foto: Getty Images)
Mario Balotelli diharapkan menjadi penerus tuah Ibra. (Foto: Getty Images)
Pemain seperti Zlatan Ibrahimovic sangat unik. Dia bagaikan garansi juara. Di mana pun dia bermain, tim yang dibelanya selalu mengakhiri musim kompetisi dengan trofi juara.
Paris Saint-Germain yang kini mendapatkan jasanya sangat berpeluang menikmati tuah Ibra pada akhir musim nanti. Tanda-tandanya mulai terbaca. Hingga pekan ke-25, PSG masih bercokol di puncak klasemen sementara Ligue 1 dengan selisih keunggulan tiga poin di atas Olympique Lyonnais.
Sebelum ke PSG, AC Milan yang terakhir kali membuktikan efek Ibra. Setelah puasa scudetto sejak 2003-04, I Rossoneri langsung juara pada musim 2010-11 sesudah Ibra bergabung. Kepergian Ibra pada awal musim ini jelas menjadi pukulan telak bagi Milan. Dampaknya begitu kentara. I Rossoneri terseok-seok menjalani musim 2012-13.
Akan tetapi, Milan kini mulai tersenyum. Setelah mengalami start buruk, belakang performa tim asuhan Massimiliano Allegri ini mulai membaik. Buktinya sekarang Milan bersaing untuk memperebutkan peringkat ketiga Serie-A yang menjanjikan tiket Liga Champions.
Penyebabnya Milan kini memiliki “The New Ibra ”. Dia bukanlah pemain dengan gaya bermain seperti Ibra. Dia bukan pula pemain yang sudah memiliki level permainan setara Ibra. Dia hanyalah Mario Balotelli, pemain muda yang baru sebatas memiliki potensi menjadi striker kelas dunia.
Harus diakui, level permainan Balotelli belum sejajar dengan Ibrahimovic. Dia boleh saja mencetak empat gol hanya dalam tiga laga bersama Milan. Tapi, dari empat gol tersebut tidak ada yang tercipta dari open play . Meski begitu, I Rossoneri tetap girang. Wakil Presiden Milan Adriano Galliani menyatakan tuah Ibra menitis ke diri Balotelli.
Pendapat Galliani tepat. Pasalnya, dia tidak membandingkan kualitas teknik Balotelli dan Ibra. Galliani lebih menyoroti dampak psikologis kehadiran Balotelli dan Ibra bagi Milan. Dalam hal ini, kontribusi Ibra dan Balotelli bisa dikatakan setara.
Balotelli datang ke Milan pada saat yang tepat. I Rossoneri tengah kehilangan pemimpin di atas lapangan. Mereka tidak lagi memiliki ikon yang mampu mengangkat moril tim ketika terpuruk. Allegri pernah menengarai hal itu sebagai penyebab performa buruk anak didiknya pada awal musim dengan menyebutnya sebagai problem psikologis.
Tidak disangka, Balotelli mampu menjadi obat mujarab bagi masalah I Rossoneri. Karakter kepribadiannya yang kuat ternyata sanggup menjadi pendongkrak spirit pasukan Milan. Inilah kunci kebangkitan I Rossoneri yang sejati. Stephan El Shaarawy dkk mampu menampilkan performa terbaik karena memiliki kepercayaan diri tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar